Minggu, 28 Maret 2010

BAHAYA PADA MASA PUBER

Bahaya Pada Masa Puber

1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik pada masa puber lebih disebabkan oleh fungsi kelenjar endokrin yang menyebabkan pertumbuhan pesat dan perubahan seksual pada masa ini.

2. Bahaya Psikologis

a. Konsep Diri
Banyak hal yang menyebabkan konsep diri yang kurang baik seperti anak mengembangkan konsep yang kurang realistik terhadap penampilan dan kemampuannya kelak bila sudah dewasa, cenderung tidak sosial bahkan berperilaku antisosial. akibatnya, anak menjadi tidak menikmati dukungan sosial yang sewaktu-waktu diperoleh atau diharapkan

Kamis, 18 Maret 2010

TEORI BELAJAR

PANDANGAN BELAJAR MENURUT:
1. Edward E. Lee Thorndike
Menurutnya, belajar merupakan peristiwa tebentuknya asosiasi-asosiasi antara perstiwa-peristiwa yang disebut stimulus dengan respon dan diperlukan adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha dan kegagalan-kegagalan terlebih dahulu.

2. Ivan Petrovich Pavlov
Dari eksperimen Pavlov, diketahui bahwa dengan menerapkan strategi tersebut ternyata individu dapat dikendalian melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyaadri bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

3. Burrhus Frederic Skinner
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus dengan respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan. Baik penguatan positif maupun negatif, dimana peningkatan positif dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negative dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.

4. Albert Bandura
Teori belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikkan secara missal.


Kekurangan :
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Kelebihan :
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh : Percaapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Teori Belajar Humanistik

a. Pengertian
Merupakan teori yang menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan membentuk perilakunya. Maka setiap diri manusia bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri. Lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan manusia adalah bertingkat-tingkat, terdiri dari tingkatan kebutuhan faal, kebutuhan keamanan, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri.

b. Kerangka Berfikir
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka, berfikir kritis, memahami proses pembelajaran secara mandiri
5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normative tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai denga kecepatannya
8. Evaulasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

c. Tokoh-tokohnya
1. Arthur Combs
Combs berpendapat bahwa belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu.Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa.Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Seamain jauh peristiwa-peristiwa itu dari perseosi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untu memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis.Menurutnya, hierarki kebutuhan manusia ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Parhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Rogers
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu :
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar, siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya
2. siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
4. Bermakna yang dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

d. Aplikasi teori Humanistik terhadap pembelajaran siswa
Peran guru dalam pembelajaran Humanistik adalah menajdi fasilitator bagi para siswa dengan memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Dan diharapan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative.

e. Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Humanistik

Kekurangan
Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.

Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini, siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

PENGEKANGAN MEMORI

Pengekangan Memori

Memori dapat dimunculkan bahkan dirubah secara permanen. Dalam beberapa konteks hal ini sangat serius utamanya jika dilihat dalam konteks forensik (Orne, 1979) . Memori dapat dimunculkan, dihapus dan diciptakan oleh kejadian yang terjadi selama atau setelah waktu encoding, dalam periode penyimpanan, atau dalam proses pemanggilan kembali. Mengingat hal tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika kemudian pengekangan (repression) dan pemisahan (dissociation) merupakan proses kunci pada beberapa pendekatan terapi. Berdasar teori ini memori yang traumatik dapat diblokade secara tanpa sadar dan hal ini mengarahkan orang pada tidak memiliki memori berkenaan dengan hal traumatik tersebut. Namun memori dari kejadian yang traumatik ini dapat kemudian diakses kembali pada saat yang lain. Harap diingat bahwa tidak ada satu pernyataan ilmiah pun yang menghubungkan antara trauma dengan memori (McConkey & Sheehan, 1995). Pernyataan yang ada lebih menekankan pada memori yang disampaikan secara spontan atau setelah prosedur terapi dapat akurat, tidak akurat, dibuat-buat atau gabungan antara semuanya.
Berhubungan dengan kesimpulan tersebut, saat ini semakin banyak pengakuan dari subjek yang menjalani sesi terapi tanpa memori mengenai pelecehan seksual sebelumnya, dan setelah proses terapi mendapatkan berbagai detil mengenai memori pelecehan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga. Banyak dari subjek tersebut yang kemudian menyakini bahwa memorinya merupakan suatu yang benar-benar meyakinkan yang mana telah dipulihkan melalui hypnosis. Banyak literatur yang mempertanyakan keakuratan dari memori yang telah lama, seperti yang dikemukakan oleh (Loftus & Ketcham, 1994) dan (Neisser & Harsch, 1992). Dari literatur tersebut didapatkan bahwa kejadian atau informasi yang teringat dari masa lampau sering kali tidak muncul seperti apa yang sebenarnya terjadi. Memori dari suatu kejadian di masa lampau, utamanya memori dari masa kecil, sangat dimungkinkan untuk terdistorsi bahkan mengalami kekeliruan.
Terminologi "Recovered Memory Therapy" menunjukan suatu jenis terapi berkenaan dengan memori dari masa lampau. Sebenarnya terminologi yang lebih tepat adalah "recovery of therapeutic purposes of repressed memories" atas suatu kejadian. ontoh untuk hal ini seperti pelecehan seksual yang sering kali diasosiasikan dengan ritual satanik atau manifestasi dari Multiple Personality Disorder (MPD). Pelecehan dan berbagai issue lainnya yang terlupakan bukan berarti represi atas kejadian tersebut. Memori dapat saja dihindari, namun bukan berarti tidak dapat diakses. Untuk hal ini, satu individu dapat melakukannya lebih baik dari individu yang lain.

Terapi bisa saja memberikan akses pada memori dan memberikan laporan berkenaan dengan memori yang bersangkutan. Terapi dapat pula memberikan masukan, petunjuk, dan sugesti tentang berbagai hal yang lebih pas, lebih masuk pada suatu kejadian. Dengan demikian maka sebenarnya terapi pun dapat saja mendistorsi suatu memori yang akurat.
Hypnosis yang digunakan untuk tujuan terapeutik perlu diperhatikan benar-benar aplikasinya. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan hubungan antara memori dan hypnosis antara lain: asosiasi antara emosi dan pemanggilan ulang informasi, implikasi dari kekeliruan dalam hypnosis, kemungkinan konfirmasi atau sugesti mengenai pelecehan mungkin saja secara tidak sengaja terkomunikasikan kepada subjek, dan interpretasi atas "bukti" sesi yang mana bisa tidak konsisten dengan data ilmiah. Penanan emosi sangatlah signifikan utamanya dalam kaitannya dengan tujuan forensik, di mana kondisi baik subjek dapat terancam oleh prosedur forensik yang diadopsi oleh praktisi. Berkaitan dengan uraian di atas mengenai hubungan antara emosi dan memori, stres yang dialami oleh individu saat pemanggilan ulang informasi (yang mungkin) relevan, memunculkan pertanyaan apakah stress lanjutan diperbolehkan dalam pencarian informasi yang memiliki tujuan legal. Ketika asosiasi antara memori dan hypnosis terlibat, maka perhatian khusus (secara teknis dan klinis) diperlukan pada reabilitas pelaporan memori. Pada konteks teknis, diperlukan prosedur khusus yang bertujuan untuk menentukan apakah pelaporan benar-benar dapat dipercaya (contohnya pemeriksaan independen pada informasi yang disampaikan saat hypnosis). Ketika reputasi personal dapat terpojok, contohnya oleh pemunculan ulang informasi mengenai pelecehan, maka praktisi perlu memastikan bahwa segala informasi yang disampaikan harus benar-benar akurat.

Sabtu, 13 Maret 2010

MINAT REKREASI REMAJA

MINAT REKREASI REMAJA

Permainan & Olahraga

Permainan & olahraga yang terorganisasi tidak menarik lagi dalam perjalanan masa remaja, dan remaja mulai menyukai olahraga tontonan. Permainan-permainan yang menuntut keterampilan intelektual, seperti permainan kartu, bertambah populer.

Bersantai

Remaja gemar bersantai dan mengobrol dengan teman-teman. Mereka makan sambil membicarakan orang lain dan berguarau. Remaja yang lebih besar merokok, minum-minuman keras, atau minum obat-obatan terlarang.

Bepergian

Remaja senang bepergian selama libur dan ingin pergi jauh-jauh dari rumah. Bagi banyak remaja hal ini dimungkinkan karena orang tua yang kaya dan adanya rumah-rumah penginapan khusus untuk kawula muda.

Hobi

Karena sebagian besar hobi merupakan kegiatan rekreasi seorang diri, maka remaja yang tidak populer lebih berminat pada hobi dibandingkan dengan bentuk rekreasi lainnya. Banyak remaja yang melakukan berbagai hobi yang bermanfaat, remaja perempuan menjahit bajunya sendiri, dan remaja laki-laki gemar memperbaiki radio, sepeda atau mobil.

Dansa

Meskipun banyak anak laki-laki yang tidak menyenangi dansa, tetapi mereka, seperti halnya anak perempuan, berusaha menjadi pedansa yang baik, karena dansa merupakan bagian yang penting dari berkencan.

Membaca

Karena remaja telah membatasi waktunya untuk membaca sebagai rekreasi, mereka cenderung lebih menyukai majalah dari pada buku. lama kelamaan buku-buku komik tidak lagi menarik dan surat kabar menjadi semakin populer.

Menonton

Menonton film merupakan kegiatan klik yang digemari dan selanjutnya menjadi kegiatan berkencan yang populer. Anak perempuan lebih menyukai film yang romantis sedangkan anak laki-laki lebih menyukai film petualangan.

Radio & Kaset

Remaja gemar mendengarkan radio sambil belajar atau mengikuti bentuk-bentuk hiburan untuk seorang diri. Yang digemari adalah program-program musik populer. Mereka juga gemar mendengarkan tape recorder atau kaset.

Televisi

Menonton televisi lama-kelamaan tidak menarik, sebagian karena remaja semakin kritis pada acara-acara televisi dan sebagian lagi karena mereka tidak dapat belajar atau membaca sambil menonton televisi.

Melamun

Dalam lamunan remaja yang khas, remaja membayangkan diri sebagai pahlawan yang dielu-elukan oleh kelompok sebaya karena prestasinya yang tinggi. Melamun merupakan bentuk rekreasi yang populer di antara remaja apabila mereka merasa bosan atau kesepian.

JENIS LAYANAN BIMBINGAN & KONSELING DI SEKOLAH

Jenis Layanan Bimbingan & Konseling di Sekolah

Ada 9 layanan Bimbingan & Konseling yang ada di sekolah, yaitu :

1. Layanan Orientasi : tujuannya adalah memperkenalkan lingkungan yang baru kepada peserta didik, agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Layanan ini biasanya diberikan saat awal penerimaan siswa baru / diberikan saat masa orientasi, layanan ini berhubungan dengan layanan informasi.

2. Layanan Informasi : Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada peserta didik, baik informasi belajar, karir, fasilitas, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan peserta didik.

3. Layanan Penempatan & Penyaluran : Layanan ini biasanya berhubungan dengan penjurusan dan penyaluran bakat serta minat peserta didik. agar peserta didik dapat berkembang dengan maksimal dan berhasil dalam menempuh studinya.

4) Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

5) Layanan Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.

6) Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.

7) Layanan Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.

8)Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.

9) Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.

PERTUMBUHAN KOGNITIF REMAJA

PERTUMBUHAN KOGNITIF REMAJA

Jean Piaget, seorang ahli psikologi kognitif, membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahap :

1. Tahap sensori - motoris (0-2 tahun). Pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya, anak mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan, dan belajar mengoordinasikan tindakannya.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun). Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai dengan susana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran, tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi,dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba satu permasalahan , tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret dan belum mampu melakukan abstraksi.

4. Tahap operasional formal (11 tahun keatas). Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik, dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotetis.
Remaja, seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional, serta mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotetis. oleh karena itu, setiap keputusan perlakukan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga dapat diterima oleh mereka.

Jumat, 12 Maret 2010

STRES & PENGELOLAANNYA

a. Teori Stres
Stres merupakan fenomena psikofisik. Stres dialami oleh setiap orang. Stres dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap individu. Pengaruh positifnya dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru.

Sedangkan pengaruh negatifnya dapat menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri, penolakan, marah, atau depresi, dan memicu berjangkitnya sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi, atau stroke.

Teori tentang stres dapat disimpulkan kedalam 3 variabel pokok, yaitu :

1. Variabel Stimulus, atau engineering approach (Pendekatan rekayasa) yang mengkonsepsikan stres sebagai suatu stimulus atau tuntutan yang mengancam (berbahaya), yaitu tekanan dari luar terhadap individu yang dapat menyebabkan sakit (mengganggu kesehatan). Dalam model ini, stres dapat juga disebabkan oleh stimulasi eksternal baik sedikit maupun banyak.

2. Variabel Respon, atau "physiological approach" (pendekatan fisiologis) yang didasarkan pada model triphase dari "Hans Selye". Dia mengembangkan konsep yang lebih spesifik tentang reaksi manusia terhadap stressor, yang dia namakan "GAS" (General Adaptation Syndrome), yaitu mekanisme respon tipikal tubuh dalam merespon rasa sakit, ancaman atau stressor lainnya. GAS terdiri atas tiga tahap, yaitu reaksi alarm, yang terjadi ketika organisme merasakan adanya ancaman, yang kemudian meresponnya dengan "fight"

KEKELIRUAN DALAM MENAFSIRKAN ARTI BIMBINGAN

Kita harus menghindari kekeliruan-kekeliruan yang selama ini banyak terdapat pada orang awam. kekeliruan itu antara lain :

a. Bimbingan Identi dengan Pendidikan
b. Bimbingan hanya untuk Siswa yang Salah Suai
c. Bimbingan berarti Bimbingan Jabatan atau Pekerjaan
d. Bimbingan diperuntukkan bagi Murid Sekolah Lanjutan
e. Bimbingan adalah Usaha untuk Memberikan Nasehat
f. Bimbingan menghendaki Kepatuhan dalam Tingkah Laku
g. Bimbingan adalah Tugas Para Ahli.

PENDEKATAN BIMBINGAN

Dilihat dari pendekatan Bimbingan, Bimbingan dibagi mendjadi 4 pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Krisis
Upaya Bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami masalah. tujuannya adalah untuk mengatasi masalah yang dialami oleh individu.

b. Pendekatan Remedial
Upaya Bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu. Konselor memfokuskan pada kelemahan-kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.

c. Pendekatan Preventif
Upaya Bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Konselor berusaha mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.

d. Pendekatan Perkembangan
Bimbingan dan Konseling yang berkembang sekarang adalah Bimbingan dan Konseling perkembangan.

KUALITAS PRIBADI KONSELOR

Kualitas Pribadi Konselor

Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang menentukan jalannya konseling. Tidak hanya ilmu dan teknik-teknik yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Fakta dilapangan menunjukkan, bahwa konseli (klien) tidak mau ke ruangan konselor untuk memanfaatkan konseling karena kepribadian konselor yang mereka anggap judes, keras, dan menakutkan. Oleh karena itu selain ilmu seorang konselor juga harus mempunyai kepribadian yang baik, berkualitas dan dapt dipertanggung jawabkan.

Menurut "Cavanagh (1982)" mengemukakan kualitas pribadi konselor ditandai dengan ciri-ciri :

a. Pemahaman diri
b. Kompeten
c. Memiliki Kesehatan Psikologis yang baik
d. Dapat Dipercaya
e. Jujur
f. Kuat
g. Hangat
h. Responsif
i. sabar
j. Sensitif
k. Memiliki Kesadaran yang Holistik

Pengertian ciri-ciri diatas sebagai berikut :

a.Pemahaman Diri (self-knowledge)
Pemahaman diri berarti memahami dirinya sendiri, dia harus tahu apa-apa yang akan dan harus dia lakukan. Pemahaman diri sangat perlu dengan alas an :
1.Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan memiliki persepsi yang akurat pula tentang orang lain (klien). Konselor lebih mampu mengenal diri orang lain secara tepat pula.
2.Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga memahami orang lain.
3.Konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar cara memahami diri itu kepada orang lain (klien).
4.Pemahaman tentang diri memungkinkan konselor untuk dapat merasa dan berkomunikasi secara jujur dengan klien pada saat proses konseling berlangsung.
Konselor yang memiliki tingkat self-knowledge yang baik akan menunjukkan sifat-sifat :
1.Konselor menyadari dengan baik tentang kebutuhan dirinya
2.Konselor menyadari dengan baik tentang perasaan-perasaannya.

b.Kompeten (competent)
Konselor memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, social, dan moral sebagai pribadi yang berguna. Konselor yang efektif mempunyai :
1.Pengetahuan akademik
2.Kualitas pribadi
3.Ketrampilan konseling
Kompetensi ini sangat penting untuk efisisensi waktu agar konseling dapat berjalan dengan cepat dan menghasilkan pemecahan masalah yang memuaskan.

c.Kesehatan Psikologis
Konselor dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis yang baik, bahkan harus lebih baik dari kliennya. Karena konselor harus menghadapi klien yang keadaan psikologisnya sedang kacau, agar konselor dapat membantu memecahkan masalah klien dengan baik. Kualitas kesehatan psikologis konselor yang baik dicirikan sebagai berikut :
1.Memperoleh pemuasan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan seks.
2.Dapat menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
3.Menyadari kelemahan atau keterbatasan kemampuan dirinya.
4.Tidak hanya berjuang untuk hidup, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih baik.

d.Dapat Dipercaya
Hal ini sangat penting karena menyangkut pribadi klien. Apabila konselor tidak dapat dipercaya klien akan merasa terancam akan hal-hal pribadi yang akan diungkapkan kepada konselor, sehingga proses konseling tidak akan berjalan dengan baik dan maksimal. Oleh karena itu, kepercayaan harus dipupuk dan ditumbuhkan terlebih dahulu. Apabila kepercayaan sudah tertanam pada diri klien kepada konselor, maka konseling akan berjalan dengan maksimal. Konselor yang dapat dipercaya memiliki kualitas :
1.Memiliki pribadi yang konsisten
2.Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya
3.Tidak pernah membuat orang lain (klien) kecewa atau kesal.
4.Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mau membantu secara penuh.

e.Jujur (honesty)
Jujur merupakan komponen yang sangat penting bagi jalannya konseling, baik dari pihak konselor maupun klien. Karena apabila konseling berjalan dengan jujur, keterbukaan, maka konseling akan berjalan dengan baik dan menghasilkan pemecahan masalah yang memuaskan pula. Konselor yang jujur memiliki karakteristik sbb :
1.Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh dirinya sendiri (real-self) sama sebangun dengan yang dipersepsi oleh orang lain (public self)
2.Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.

f.Kekuatan (strength)
Arti kekuatan disini adalah seorang konselor harus memiliki sikap :
1.Tabah dalam menghadapi masalah
2.Dapat mendorong klien untuk mengatasi masalahnya
3.Dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi
Konselor yang memiliki kekuatan dapat menampilkan :
1.Dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling
2.Bersifat fleksibel
3.Memiliki identitas diri yang jelas

g.Bersikap Hangat
Seorang konselor harus ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih saying kepada klien yang sedang mempunyai masalah, sehingga klien merasa nyaman dan diperhatikan dalam proses konseling oleh konselor. Dan dengan begitu klien akan membuka dirinya, sehingga apa yang diceritakan sesuai dengan apa yang dihadapi klien.

KOMPONEN LAYANAN DI SEKOLAH

Menurut "Stone & Shertzer", ada 7 komponen layanan disekolah. yaitu :

1. Komponen Layana Analisis Individual
Komponen layanan ini seperti : Pengumpulan data siswa, tentang diri siswa dan latar belakangnya. Komponen ini untuk dipakai dalam berbagai tujuan untuk membantu siswa dalam mengetahui dirinya.

2. Komponen Layanan Informasi
Untuk memberikan pengetahuan yang luas, meliputi : Pendidikan, Pekerjaan, Sosial, Pribadi. dengan tujuan agar siswa dapat memilih dengan bijaksana agar dapat mengembangkan diri dengan maksimal.

3. Komponen Layanan Karir
Membantu para siswa untuk memilih dalam menentukan dan memutuskan karir yang akan datang, yang sesuai dengan potensi dan kemampuan siswa.

ASAS BIMBINGAN & KONSELING

ASAS BIMBINGAN & KONSELING

Terdapat 12 asas dalam pelaksanaan Bimbingan & Konseling, yang merupakan penentu keberhasilan dari Bimbingan & Konseling tersebut.
1. Rahasia : Seorang guru pembimbing atau konselor harus merahasiakan data tentang masalah-masalah orang yang dibimbingnya, agar orang yang dibimbing menaruh kepercayaan kepada konselor atau gur pembimbing sehingga kegiatan tersebut dapat berhasil dengan baik.
2. Sukarela : Harus adanya kesukarelaan dari pihak konseli (klien). Karena apabila ada unsur paksaan maka kegiatan ini tidak dapat berjalan. Oleh karena itu konselor atau guru pembimbing harus memeberikan pengertian terlebih dahulu kepada konseli (klien).
3. Terbuka : Konseli (klien) harus bersifat terbuka dalam mengungkapkan masalah yang menimpa dirinya maupun dalam menerima informasi untuk kebaikan dirinya. asas ini sangat tergantung pada asas no 1 & 2. Dan konselor harus bersifat terbuka dan tidak berpura – pura.
4. Kegiatan : Menghendaki agar konseli (klien) berperan aktif dalam kegiatan Bimbingan .
5. Mandiri : Mengharapkan agar konseli mandiri . dan dapat mengenal dirinya sendiri dan lingkungannya.
6. Kini : Objek sasaran masalah pada klien yang sekarang. Tidak melihat pada masa lalu klien atau hal yang akan terjadi mendatang.

BIMBINGAN & KONSELING

BIMBINGAN & KONSELING

I. Pengertian Bimbingan
Para ahli mendefinisikan pengertian bimbingan beraneka ragam. Namun dari keberagaman pengertian tersebut terdapat kesamaan, untuk mengetahui pengertian bimbingan kami sajikan pengertian dari para ahli sebagai berikut :
“Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent choices and adjustments in their lives. The ability is not innate it must be developed. The fundamental purpose of guidance is to develop in each individual up to the limit of his capacity, the ability to solve his own problems and to make his own adjustments” (Jones, 1963, p. 25.)
“Helping John to see through himself in order that he may see himself through”. (Hamrin, 1947)
“Guidance seeks to have each individual become familiar with a wide range of information about himself, his abilities, his previous development in the various areas of living, and his plans or ambitions for the future. Guidance than seeks to help him become acquainted with the various problems of social, vocational and recreational adjustment with he faces. On the basis of those two types of information and the assistance of counselors, each pupil is helped to face his problems and makes plans for their solution” (Chisholm, 1950, p. 17)
“Rather guidance is assistance made available by competent counselors to an individual of any age to help him direct his own life, develop his own decisions, and carry his burdons” (Crow and Crow, 1951, p. 6).
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya” (Bimo Walgito, 2004, p. 5).

II. Pengertian Konseling
“Counseling is talking over a problem with some one. Usually but not always, one of the two has facts or experiences or abilities not possessed to the same degree by the other. The process of counseling involves a clearing up of the problem by discussion” (Jons, p. 291).
“Counseling is personal and dynamic relationship between two people who approach a mutually defined problem with mutual consideration for each other to the end that the younger, or less mature, or more troubled of the two is aided to a self determined resolution of his problem” (Wrenn, 1951, p. 60).
“Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya” (Bimo Walgito, 2004, p. 7)

Kamis, 11 Maret 2010

ASSESSMENT BIMBINGAN & KONSELING

I. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Evaluation”. Dalam buku Essentials of Educational Evaluation, “Edwind Wand dan Gerald W. Brown”, mengatakan bahwa : “Evaluation rafer to the act or prosses to determining the value of something”.
Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses utnuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang diharapkan oleh Departemen Pendidikan, telah dijabarkan dalam pedoman khusus Bimbingan dan Penyuluhan, kurikulum 1975 buku IIIc.
Perlu dijelaskan disini bahwa evaluasi tidak sama artinya dengan pengukuran (measurement). Pengertian pengukuran (measurement) Wand dan Brown mengatakan : “Measurement means the art or prosses of exestaining the extent or quantity of something”. Jadi pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari pada sesuatu.
Dari definisi evaluasi atau penilaian dan pengukuran (measurement) yang disebut diatas, maka dapat diketahui perbedaannya dengan jelas antara arti penilaian dan pengukuran. Sehingga pengukuran akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “How Much”, sedangkan penilaian akan memberikan jawaba dari pertanyaan “What Value”.
Walaupun ada perbedaan antara pengukuran dan penilaian, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Karena antara pengukuran dan penilaian terdapat hubungan yang sangat erat. Penilaian yang tepat terhadap sesuatu terlebih dahulu harus didasarkan atas hasil pengukuran – pengukuran .
Pada akhir pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling selalu tercantum suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tertentu. Pendapat “Good” yang dikutip oleh I.Jumhur dan Moch. Surya (1975 :154), tentang evaluasi adalah : “Proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu melaluipenilaian yang dilakukan dengan seksama”.
Sejalan dengan rumusan diatas, Arthur Jones memberikan batasan tentang evaluasi adalah sebagai berikut : “Proses yang menunjukkan kepada kita sampai berapa jauh tujuan – tujuan program sekolah dapat dilaksanakan”.
Lebih jauh Moch. Surya mengemukakan menilai Bimbingan pada hakekatnya mengetahui secara pasti tentang bagaimana organisasi dan administrasi program itu, bagaimana guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dapat berpartisipasi bagaimana pelaksanaan konseling dan bagaimana catatan-catatan kumulatif dapat dikumpulkan.
Uraian tersebut merupakan penjabaran dari proses kegiatan Bimbingan dan Konseling, yang akhirnya perlu pula diketahui bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan itu.
Dengan kata lain bahwa penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling ditujukan untuk menilai bagaimana kesesuaian program, bagaimana pelaksanaan yang dilakukan oleh para petugas Bimbingan, dan bagaimana pula hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling, mengandung tiga aspek penilaian, yaitu :

a. Penilaian terhadap program Bimbingan dan Konseling.
b. Penilaian terhadap proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
c. Penilaian terhadap hasil (Product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling.

2. Tujuan Evaluasi.

Dalam melaksanakan suatu program, hal ini program Bimbingan dan Konseling, peranan evaluasi sangatlah penting. Hasil evaluasi akan memberikan manfaat yang sangat berarti bagi pelaksanaan program tersebut untuk selanjutnya. Beberapa hal yang diperoleh dari hasil evaluasi diantaranya :

1. Untuk mengetahui apakah program Bimbingan sesuai dengan kebutuhan yang ada ?
2. Apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan program, dan mendukung pencapaian tujuan program itu ?
3. Bagaimana hasil yang diperoleh telah mencapai criteria keberhasilan sesuai dengan tujuan dari program itu ?
4. Dapatkah diketemukan bahan balikan bagi pengembangan program berikutnya ?
5. Adakah masalah-masalah baru yang muncul sebagai bahan pemecahan dalam program berikutnya ?
6. Untuk memperkuat perkiraan-perkiraan (asumsi) yang mendasar pelaksanaan program bimbingan ?
7. Untuk melengkapi bahan-bahan informasi dan data yang diperlukan dan dapat digunakan dalam memberikan bimbingan siswa secara perorangan.
8. Untuk mendapatkan dasar yang sehat bagi kelancaran pelaksanaan hubungan masyarakat.
9. Untuk meneliti secara periodik hasil pelaksanaan program yang perlu diperbaiki.
3. Ruang Lingkup Evaluasi Pelaksanaan Bimbingan.
Untuk mengungkapkan tujuan yang telah disebutkan diatas perlu adanya kejelasan tentang aspek-aspek yang perlu dievaluasi. Berikut akan diuraikan beberapa aspek yang menyangkut : program, proses, dan hasil (product) dalam suatu kegiatan Bimbingan dan Konseling.
a. Evaluasi Program.
Apabila kita mempelajari pedoman penyusunan program Bimbingan dan Konseling seperti terdapat pada buku IIIc, kurikulum 1975, dapat kita simpulkan bahwa program Bimbingan dan Konseling di sekolah terdapat beberapa kegiatan pelayanan. Sejalan dengan pendapat “Koestoer Partowisastro” (1982:93), bahwa sesuai dengan pola dasar pedoman operasional pelayanan Bimbingan ini terdiri atas :
1. Pelayanan kepada murid.
2. Pelayanan kepada guru.
3. Pelayanan kepada kepala sekolah.
4. Pelayanan kepada orang tua murid atau masyarakat.
Pada hakikatnya tujuan umum program Bimbingan disekolah adalah membantu siswa agar dapat :
- Membuat pilihan pendidikan dan jabatan secara bijaksana
- Memperoleh penyesuaian kepribadian yang lebih baik
- Dapat memperoleh penyesuaian diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi baik dimasyarakat, sekolah maupun dalam keluarga.
Kegiatan operasional dari masing-masing pelayanan tersebut diatas, perlu disusun dalam sistimatika sebagai berikut :
1. Masalah atau kebutuhan yang ditangani dalam pelayanan Bimbingan.
2. Tujuan khusus pelayanan Bimbingan.
3. Kriteria keberhasilan
4. Ruang lingkup pelayanan Bimbingan
5. Kegiatan-kegiatan pelayanan bimbingan beserta jadwal kegiatannya.
6. Hubungan antara kegiatan pelayanan bimbingan dengan kegiatan sekolah dan kegiatan diluar sekolah.
7. Metode dan teknik pelayanan Bimbingan.
8. Sarana pelayanan bimbingan.
9. Pengelolaan pelayanan bimbingan.
10. Penilaian dan penelitian pelayanan bimbingan.

b. Evaluasi Proses.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program, dituntut suatu proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang diharapkan. Didalam proses pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah banyak faktor yang terlihat khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan. Hal itu dapat diuraikan seperti berikut :
1. Organisasi dan administrasi program bimbingan.
2. Personal / petugas pelaksana.
3. Fasilitas dan perlengkapan.
4. Kegiatan Bimbingan.
5. Partisipasi guru.
6. Anggaran pembiayaan.
c. Evaluasi Hasil (Product).
Aspek yang paling penting keberhasilan suatu program dari pelaksanaan program itu sendiri. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan pelayanan bimbingan dapat tercapai atau tidak, akan tercermin dalam diri siswa yang mendapat pelayanan bimbingan itu sendiri.
Hal – hal yang menyangkut diri siswa sesuai dengan tujuan pelayanan bimbingan dapat dilihat dalam segi :
1. Pandangan para tamatan / lulusan tentang program pendidikan di sekolah yang telah ditempuhnya.
2. Kualitas prestasi (performance) bagi tamatan / lulusan.
3. Pekerjaan / jabata yang dilakukan oleh siswa yang telah menamatkan program pendidikannya .
4. Proporsi tamatan / lulusan yang bekerja dan yang belum bekerja.

KRITERIA KEBERHASILAN
Beberapa kriteria keberhasilan yang dapat dijadikan landasan suatu penilaian, dapat kita lihat dari hasil yang ingin diperoleh dari tujuan pelayanan bimbingan. Berikut ini akan dikemukakan criteria keberhasilan dalam pelayanan bimbingan, menurut Koestoer Partowisastro (1982), bahwa :
1. Kriteria keberhasilan pelayanan kepada murid :
a. Menerima diri sendiri, baik mengenai kekuatan-kekuatannya maupun kelemahan-kelemahannya, sehingga dapat membuat rencana untuk menentukan cita-cita dan membuat keputusan-keputusannya yang realitas.
b. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai dunia sekitarnya, sehingga dapat memperoleh tingkat social yang selaras dalam pergaulan dan kehidupan di masyarakat.
c. Dapat memahami dan memecahkan masalahnya sendiri.
d. Dapat memilih secara tepat dan menyelesaikan program studi dan berhasil sesuai dengan tingkat kemampuannya.
e. Dapat memilih pendidikan lanjutan secara tepat sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
f. Dapat memilih rencana dan lapangan kerja / jabatan yang tepat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
g. Memperoleh bantuan khusus dalam mengatasi kesulitan belajar, sehingga dapat mengembangkan dan meningkatkan kepribadiannya secara menyeluruh.
h. Memperoleh bantuan dan pelayanan dari orang-orang atau badan-badan lain diluar sekolah, untuk memecahkan masalahnya yang tidak mampu dipecahkannya dengan pelayanan langsung dari sekolah.
2. Kriteria keberhasilan pelayanan bimbingan kepada guru :
a. Guru berpartisipasi dan membantu pelaksanaan program bimbingan disekolah.
b. Guru menggunakan fasilitas yang disediakan oleh staf BK.
c. Guru turut aktif mengkomunikasikan program BK kepada murid.
d. Ada keseragaman sikap dan tindakan terhadap murid diantara guru-guru dan staf BK.
e. Guru memberikan informasi tentang murid kepada staf BK.
f. Guru membicarakan murid-murid yang memiliki kesulitan dengan konselor.
g. Guru memperlakukan murid sesuai dengan keadaan dan kemampuan murid.
h. Tersedia alat pengumpulan data yang baik buatan guru sendiri.
i. Guru menggunakan alat-alat pengmpulan data secara tepat.
j. Guru mengumpulkan dan menyusun data dengan baik.
k. Tercipta suasana belajar mengajar yang baik didalam kelas.
l. Adanya penempatan dan penugasan kepada murid oleh guru, sesuai dengan keadaan dan kemampuan murid masing-masing.
m. Guru mengatasi kesulitan dalam menghadapi murid tanpa kerugian sampingan, baik pada murid ataupun pada guru.
n. Guru mengarahkan penggarapan murid yang mengalami kesulitan yang tidak dapat ditangani oleh guru sendiri.
o. Guru mempergunakan alat pengumpulan data sesuai dengan keadaan dan kemampuannya sendiri.
p. Guru mempergunakan cara-cara untuk membantu murid sesuai dengan keadaan dan kemampuan guru.