Kamis, 18 Maret 2010

PENGEKANGAN MEMORI

Pengekangan Memori

Memori dapat dimunculkan bahkan dirubah secara permanen. Dalam beberapa konteks hal ini sangat serius utamanya jika dilihat dalam konteks forensik (Orne, 1979) . Memori dapat dimunculkan, dihapus dan diciptakan oleh kejadian yang terjadi selama atau setelah waktu encoding, dalam periode penyimpanan, atau dalam proses pemanggilan kembali. Mengingat hal tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika kemudian pengekangan (repression) dan pemisahan (dissociation) merupakan proses kunci pada beberapa pendekatan terapi. Berdasar teori ini memori yang traumatik dapat diblokade secara tanpa sadar dan hal ini mengarahkan orang pada tidak memiliki memori berkenaan dengan hal traumatik tersebut. Namun memori dari kejadian yang traumatik ini dapat kemudian diakses kembali pada saat yang lain. Harap diingat bahwa tidak ada satu pernyataan ilmiah pun yang menghubungkan antara trauma dengan memori (McConkey & Sheehan, 1995). Pernyataan yang ada lebih menekankan pada memori yang disampaikan secara spontan atau setelah prosedur terapi dapat akurat, tidak akurat, dibuat-buat atau gabungan antara semuanya.
Berhubungan dengan kesimpulan tersebut, saat ini semakin banyak pengakuan dari subjek yang menjalani sesi terapi tanpa memori mengenai pelecehan seksual sebelumnya, dan setelah proses terapi mendapatkan berbagai detil mengenai memori pelecehan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga. Banyak dari subjek tersebut yang kemudian menyakini bahwa memorinya merupakan suatu yang benar-benar meyakinkan yang mana telah dipulihkan melalui hypnosis. Banyak literatur yang mempertanyakan keakuratan dari memori yang telah lama, seperti yang dikemukakan oleh (Loftus & Ketcham, 1994) dan (Neisser & Harsch, 1992). Dari literatur tersebut didapatkan bahwa kejadian atau informasi yang teringat dari masa lampau sering kali tidak muncul seperti apa yang sebenarnya terjadi. Memori dari suatu kejadian di masa lampau, utamanya memori dari masa kecil, sangat dimungkinkan untuk terdistorsi bahkan mengalami kekeliruan.
Terminologi "Recovered Memory Therapy" menunjukan suatu jenis terapi berkenaan dengan memori dari masa lampau. Sebenarnya terminologi yang lebih tepat adalah "recovery of therapeutic purposes of repressed memories" atas suatu kejadian. ontoh untuk hal ini seperti pelecehan seksual yang sering kali diasosiasikan dengan ritual satanik atau manifestasi dari Multiple Personality Disorder (MPD). Pelecehan dan berbagai issue lainnya yang terlupakan bukan berarti represi atas kejadian tersebut. Memori dapat saja dihindari, namun bukan berarti tidak dapat diakses. Untuk hal ini, satu individu dapat melakukannya lebih baik dari individu yang lain.

Terapi bisa saja memberikan akses pada memori dan memberikan laporan berkenaan dengan memori yang bersangkutan. Terapi dapat pula memberikan masukan, petunjuk, dan sugesti tentang berbagai hal yang lebih pas, lebih masuk pada suatu kejadian. Dengan demikian maka sebenarnya terapi pun dapat saja mendistorsi suatu memori yang akurat.
Hypnosis yang digunakan untuk tujuan terapeutik perlu diperhatikan benar-benar aplikasinya. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan hubungan antara memori dan hypnosis antara lain: asosiasi antara emosi dan pemanggilan ulang informasi, implikasi dari kekeliruan dalam hypnosis, kemungkinan konfirmasi atau sugesti mengenai pelecehan mungkin saja secara tidak sengaja terkomunikasikan kepada subjek, dan interpretasi atas "bukti" sesi yang mana bisa tidak konsisten dengan data ilmiah. Penanan emosi sangatlah signifikan utamanya dalam kaitannya dengan tujuan forensik, di mana kondisi baik subjek dapat terancam oleh prosedur forensik yang diadopsi oleh praktisi. Berkaitan dengan uraian di atas mengenai hubungan antara emosi dan memori, stres yang dialami oleh individu saat pemanggilan ulang informasi (yang mungkin) relevan, memunculkan pertanyaan apakah stress lanjutan diperbolehkan dalam pencarian informasi yang memiliki tujuan legal. Ketika asosiasi antara memori dan hypnosis terlibat, maka perhatian khusus (secara teknis dan klinis) diperlukan pada reabilitas pelaporan memori. Pada konteks teknis, diperlukan prosedur khusus yang bertujuan untuk menentukan apakah pelaporan benar-benar dapat dipercaya (contohnya pemeriksaan independen pada informasi yang disampaikan saat hypnosis). Ketika reputasi personal dapat terpojok, contohnya oleh pemunculan ulang informasi mengenai pelecehan, maka praktisi perlu memastikan bahwa segala informasi yang disampaikan harus benar-benar akurat.

1 komentar: